Pejunjongan dan Fungsinya dalam Keseharian Masyarakat Lampung Selatan



Bila Anda adalah orang yang berasal dari kampung, tentunya Anda akan sangat familiar dengan kegiatan gotong-royong yang dilakukan oleh warga sekitar terutama pada saat salah satu warga sedang mengadakan acara. Hal ini juga berlaku bagi masyarakat Lampung di daerah saya, Lampung Selatan. Kegiatan gotong-royong untuk menolong tetangga yang sedang memiliki acara adalah hal yang lumrah. Kaum laki-laki biasanya bertugas untuk membuat beberapa bangunan semi permanen tambahan disekeliling rumah si “Baya”. Baya adalah orang yang mempunyai acara atau sipemilik rumah. Bentuk bangunan semi permanen yang biasanya dibangun bila ada acara didesa didaerah Lampung Selatan adalah pejunjongan. Pejunjongan adalah bangunan semi permanen yang dibangun disekitar rumah sang Baya. Bangunan ini bisa dibuat bergabung dengan rumah si Baya atau terpisah dari rumah si Baya namun tak begitu jauh dari rumah si Baya tersebut, paling maksimal sekitar 10 meter.

Bentuknya bisa menyerupai rumah, disesuaikan dengan tekstur rumah si Baya. Contohnya bila rumah si Baya berbentuk panggung, maka biasanya bentuk pejunjongan-nya juga berbentuk panggung, dan bila rumah si Baya berbentuk rumah beton, maka pejunjongan juga dibangun langsung beralaskan tanah yang dilapik dengan alas diatasnya. Alas untuk pejunjongan bisa bermacam-macam. Ada yang terbuat dari susunan papan, ada yang hanya berlapik matras atau terpal. Biasanya, fungsi pejunjongan ini adalah untuk menerima tamu. Tamu-tamu yang tidak kebagian tempat duduk diruang utama si Baya bisa duduk dipejunjongan saat acara berlangsung. Atau juga, pejunjongan bisa digunakan oleh para ibu-ibu sebagai dapur masak (biasanya pejunjongan ini digunakan untuk pejunjongan beralaskan tanah), digunakan oleh ibu-ibu untuk menyediakan masakan bagi tamu atau bahkan untuk kegiatan mencuci piring tamu (biasanya pejunjongan seperti ini dibangun dibelakang/didapur rumah si Baya).

Hampir semua acara besar orang Lampung Selatan seperti khitanan dan pernikahan pasti membutuhkan pejunjongan. Pejunjongan ini dibangun secara gotong-royong oleh bapak-bapak didesa dan dibangun sekitar 1 minggu sebelum acara dimulai. 

Tak lupa, sebelum diadakan pembangunan pejunjongan, biasanya si Baya akan mengumpulkan para bapak-bapak didesa untuk mensosialisasikan rencana tersebut. Sang Baya biasanya didampingi oleh tokoh masyarakat setempat atau para pemuka agama didesa tersebut. Melihat adanya muatan kearifan lokal dan muatan budayanya ini, pejunjongan pantas disimbolkan sebagai kebanggan bagi masyarakat Lampung Selatan. 

*Penulis adalah masyarakat asli desa di daerah Lampung Selatan, sekarang tinggal di Bandar Lampung.

Tulisan ini telah saya muat beberapa jam yang lalu di Kompasiana dengan tautan : http://goo.gl/D3WKIj

Comments

Popular Posts